Saat
jeruji jari-jariku kian menyerupai jemarimu,
Aku
tahu akan ada banyak luka yang membunga membesarkan jiwa
Sekaligus
menyisakan lara pada palung hati ini,
Ayah.
Tiada
lagi cerita gadis murung yang digendong lelaki terkasih dalam hidupnya
Tatkala
ia marah pada dunia beserta manusia sekitarnya.
Pun
Tiada
lagi air mata yang terusap selama nadi arloji berdetak.
Menjadi
dewasa bukan perkara mudah,
Terlebih
kian kemari hati kian dituntut untuk selalu berpemaaf;
Atas
apapun yang menyayat nurani beserta pikirnya.
Aku
rindu dekapan nan hangat itu.
Lukaku
kian berkuasa; tanpa pamit ia tinggalkan penyakit-penyakit, Ayah.
Aku
kian cemas atas kehidupan.
Langkahku
tak bergeming di lorong sunyi,
Pun
jejaknya kian gontai tanpa arah lampah.
Aku
hancur selepas jauh darimu,
Ayah.
Magelang,
8 Mei 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar