Hidup mahasiswa!
Hidup rakyat Indonesia!
Mas, tidakkah pekikan semangat juang itu bukan nada sumbang yang asing di teling kita masing-masing? Apa kabar kalian di dunia juang yang sekarang? Apa kabar skripsweet yang belum terjamah penuh? Apa kabar murid yang kalian didik? Apa kabar kader parpol yang sedang kalian Tuhankan? Apa kabar gaji dari keringat kalian? Apa kabar istri ataupun calon istri kalian? Apa kabar jiwa darah juang kalian? Sudahkah dikau menjaga independensi mahasiswa setelah dibenturkan kehidupan masyarakat yang sejati? Ehm, apa kabar apa lagi ya? Ahya, apa kabar pergerakan kampus kita yang kian terninabobokan?
Sudah berapa buku yang telah kau khatamkan, Mas? Tentu tak terhitung nampaknya. Haha.
Bagaimana malam-malammu saat ini, Mas? Sudah semakin tidur lebih dinikah? Hehe.
Masihkah gemar menjadi perenung yang berfaedah, Mas? Semoga perenungan itu bukanlah perenungan pergulatan diri kalian sendiri. Hihi.
Semoga surat ini tersebar hingga terbaca oleh sekian Pedjoeang Pergerakan kampus ini yang memang mayoritasnya kaum adam lalu kusebut di atas dengan sapaan Kang Mas. Panggilan penuh romantisme yang sederhana untuk lapis budaya Magelangan.
Ah ya, barangkali surat ini sampai pada Tuan yang belum mengenalku. Perkenalkan daku, Kang Mas. Namaku Ade Safri Fitria, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berNPM 1710301050 yang kini menduduki Semester 3 (HAHA Pake NPM segala udah kaya pencitraan sama dosen aja). Asalku Bumiayu, Brebes Selatan, Mas. Hobiku ndaki gunung ala bocah wingi sore, maen gitar ala receto, dan nulis-nulis ala penulis yang gagal puitis. Wkwk. Aku di kampus CERITANYA UKM ikut, ORMAWA ikut, ORMADA juga ikut (ya semua cuma ikut-ikutan sih), pun di luar kampus aku ini adalah seorang Sarinah masa kini. Ehehe. Kan aku rakus banget, kan? Iya kan?
Kenal atau tak kenal itu perihal yang menjadi urusan ke pitulikur sebab yang terpenting adalah apa yang ingin kusampaikan via surat ini karena belum bisa mengirim maksud dengan perantara Via Valen (haha apaan sih). Maapkeun nek nyong nggak bisa nulis surat ini secara romantis, Mas. Tur guyonku ncen receh og.
Mas, Ade yakin tidak hanya satu dua orang dari kalian yang hobi mencari kepuasan batin via dialektika dan via aksi, memberontak petinggi kampus atas nama pembelaan terbenahnya sistem yang dirasa kurang sehat, bahkan tak sedikit dari kalian yang mengira LKMM saat ini telah kehilangan esensi roda kaderisasinya bukan? Terlebih histori juang kalian bahkan sudah ada yang tergores catatan juang pembelaan hak rakyat di luar sana, entah pembelaan hak milik tanah, penyejahteraan sosial ekonomi, pembelaan wanita yang dilecehkan, atau sekadar memberontak perihal ketentuan apa itu namanya ehm SPI nek gak salah. Dan sayang, bukan nostalgia yang ingin kubahas di sini. Sejatinya aku hanya ingin mengerti kabarmu, Kang Mas yang pernah atau sedang berjuang atas nama pergerakan. Lalu aku ingin bertukar kabar bahwa di sini ada mahasiswi kemarin sore yang kebingungan. Bukan! Bukan kebingungan ingin berguru pada siapa bukan. Melainkan kebingungan pada nasib tongkat estafet pergerakan yang tidak bisa dipungkiri ia terancam tinggal nama saat ini.
Aku sejak bayi sudah dicekoki pendidikan Pramuka, Mas. Dari sana aku dibesarkan. Tuhanku adalah pengalaman bukan bacaan macam kalian. Tapi tak apa, aku berusaha memberanikan diri untuk menyapa kalian, sekali lagi yang sedang atau telah berjuang. Betapapun banyak kemirisan yang kurasa lho, Mas. Apa karena aku yang nggak ngrokok terus nggak akrab dengan kalian-kalian? Apa karena aku yang nggak doyan mabok mendem lalu tak sepergaulan dengan beberapa bagian dari kalian? Atau karena aku yang dungu hingga hasrat ingin belajarnya tak kalian gugu?
Teruntuk Kang Mas yang sepakat bahwa LKMM kini sebatas formalitas, sudahkah kalian sepenuhnya mengkaderisasi bocah anyar dengan jalur kaderisasi trobosan? Oh ya, Mas siapa sih figur pergerakan wanita kampus ini? Aku miskin sejarah banget tur kuper sampai nggak mencium aroma pergerakan dari kaum hawa sedari tahun-tahun kampus ini berstatus luar negeri sampai jadi negeri. Buat Mbak-mbaknya yang pernah berjuang dan barangkali turut membaca, maaf ya, Mbak aku belum sempet kenal dan bahkan belum mencium tinggalan juang yang beraroma khas perjuangan seorang wanita (jarku lho).
Sudah berapa kasus yang kalian diskusikan hingga tertemu solusinya, Mas? UtĂȘk brilian yang tak teragukan, sudahkan kalian aktualisasikan (sekarang) untuk mentransfer ini itu kepada penerus? Kalau dirasa sudah, ya syukurlah. Tapi kalau belum, emang udah pasti Kang Mas panjang umur nyawa beserta perjuangannya? Hehe. Oh ya btw ini kampus bersistem KM kan ya? Yuhuuuw KELUARGA MAHASISWA wiiihh. Tapi aku selaku mahasiswi awam kok KM tidak kutemu esensi semantisnya ya, Mas? Dimana kekeluargaan dari sistem KM sih? Lha wong saiki bukan lagi jamannya demo bareng melawan sebuah rezim kok, malahan jamannya jeruk nelen jeruk alias mahasiswa lawan sesamanya (mahasiswa juga). Baik itu dengan tindak kasat mata maupun tidak. Coba, dimana sinergisitas ormawa kampus ini? Dimana letak kekeluargaan organisasi mahasiswa daerah alias ormada? Dimana harmonisnya guyub UKM-UKM pula? Pun dimana romantisme pergerakan antar pergerakan organisasi eksternal kampus ini? Duh, lagi-lagi aku yang dungu ini memang kuper nggak bisa merasakan hal-hal sepele macam itu.
Kang Mas, aku buntu nih mau nyeritain apa lagi saking njubĂȘlnya krisis di kampus kita saat ini.
Penuh harap, surat ini terbalas olehmu, Kang Mas. Ora mesake po? Nek ono mahasiswi mati gasik diduga hanya karena azab yang menimpa atas perenungan dirinya terhadap keadaan permahasiswaan kampus ini yang terkini. Whahaha. Semoga kampus ini bermahasiswi tak hanya bermahasiswa. Aku ingin bergerak atas nama pergerakan wanita. Ehm, tapi MAGER e. Hehehe. Semoga kemaluan (perihal malu dalam konteks morfologi) Kang Mas tak terpotong atas surat ini. Makaciw udah baca.
Kucukupkan, Mas.
Boleh balas langsung via sosmed, Mas.
IG : @adesafrifitria
WA : 085229078040
Kecup basah dariku,
Bocah wingi sore yang dungu.
Lafyu ♡
Tidak ada komentar:
Posting Komentar