Tentang hari-hari yang begitu singkat, sejujurnya hati belum sudi untuk mengubur.
Tak salah memang hal terberat dalam hidup adalah mengikhlaskan.
Orang-orang yang akan tertawa bersamaku masih begitu banyak tetapi yang membersamai tangisku satu persatu akan tersekat jarak dan ruang.
Aku takut sekali pada caci maki sunyi.
Lelahnya petualangan takkan lagi tergenapi kawan seperjalanan.
Pencarian belum usai tetapi romantisme akan lekas dicerai.
Cumbu pada mulut botol air yang menenangkan bak minuman surga, cerutu yang menjadi kekasih para kutu buku, hisapan zat pelayang imaji, orgasme dua birahi anakan puisi, pendebatan kontemplasi metafisik antara hamba dengan Tuhannya, kemudian apa lagi?
Ah begitu banyak kesuraman yang akan dirindukan.
Dosa pahala menjadi bahasan rahasia paling rahasia,
Kemanusiaan menjadi hal yang didewakan.
Teruntuk kalian yang aku maksud, terima kasih telah menjadi Bapak dari ovum persajakan tepi selangkangan kehidupan.
Bir, rokok, cumbu bibir, sepertubuhan, narkoba, bincangan malam yang panjang, wajah kusut tak mandi seharian dilanjut laju kuliah di hari kemudian, otak sakau yang mengkuhumi diskusi kelas, hujatan pada intelektualitas dosen beserta metode ajarnya.
Sungguh, kita mahasiswa najis di bilik kiri bendera merah di pusara bintang tunggal.
Berkedok koleksi literasi, kita merasuki nadi-nadi dungu yang hidupnya tak berkiblat.
Semoga mereka tak tersesat, biar kita yang menetap pada gelar mahasiswa bangsat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar